Judul Buku : Tiga Matahari
Penulis : Prito Wndiarto
Penerbit : Divapress
Terbit : Cetakan pertama 2011
Jumlah Halaman : 212
ISBN : 978-602-978-991-1
---------------------------------------------------------
Novel
berjudul tiga matahari adalah novel ke sekian dari beberapa novel yang saya
baca dengan setting pesantren.
Setelah kang Ayat-ayat
cinta dari kang abik, Negeri 5 menara dari Ahmad Fuadi, Novel Tiga Matahari juga menyuguhkan penggambaran ruh pesantren yang ditulis oleh Akhi Prito
Widiarto.
Novel ini menceritakan
tentang 3 orang anak manusia yang masing-masing mempunyai tabir rahasia langit
dan terbuka sedikit-demi sedikit dalam perjalanan alurnya. Ditulis dengan alur
flash back dan eksplorasi diksi-diksi yang berirama sastra yang agamis,
romantis dan juga bahasa-bahasa gaul yang zaman sekarang eksis
Tokoh sentralnya
adalah Fajar, Fajrin dan Amar. Dibuka dengan konfilk tentang penggusuran
sebuah kampung di daerah Tasikmalaya oleh sebuah perusahaan yang kongkalingkong
dengan pejabat daerah setempat.
Fajar yang terlahir
dengan mata buta sebelah adalah berasal dari keluarga pengungsi dari kampung
yang tergusur, sementara Fajrin adalah anak dari pemilik perusahaan yang
menggusur warga kampung Fajar. Kemudian Amar adalah teman selorong mereka yang
dipertemukan dalam pesantren Mathla'ul Huda.
Cerita mengalun runut
dan asyik saat menceritakan sisi kehidupan Fajar dan keluarganya. Saya sempat
menitikkan air mata saat membaca konfilk Fajar dengan ayahnya. Betapa seorang ayah yang agak di awal cerita terkesan kejam dan tidak suka kepada kehadiran anaknya yang cacat tenyata terkuak tabir kasih sayang yang besar untuk anak laki-lakinya tersebut.
Namun sayang
pada bagian Amar dan Fajrin agak beberapa hal yang samar dan meloncat-loncat, tidak sedetail dan mengalir seperti pada bagian Fajar. Konfliknya juga saya menyangka akan terus berlanjut karena pada bagian awal
kentara sekali Bapaknya Fajar dan Ayahnya Fajrin saling bersebrangan. nyata
sekali ada konflik yang bisa jadi alasan mereka saling membenci. Yaaa...
berarti tebakan saya emang salah sih tentang alurnya (terserah yang nulis doong
hehe..). Pada kelanjutannya Ketiga anak itu malah menjadi sahabat dekat di
pesantren, sama-sama menyukai puisi dan menatap langit.
Deskripsi setingnya
kental dan terasa sekali, karena memang penulis asli berasal dari jawa barat
sehingga bisa menjelaskan seluk beluknya dengan detail.
Pesan moralnya juga
terasa menyejukkan tentang semangat menaklukkan keterbatasan dan berusaha
menerima dengan penuh syukur atas segala rahasia langit yang teka-tekinya bisa
kita kuak setiap saat dan di segala tempat.
Sebuah angin segar jika kalangan yang terlahir dari pesantren ikut menyemarakkan dunia literasi. Tentunya dengan menceritakan bagaimana sesungguhnya pesantren menanamkan idealisme kapada para penuntut ilmu yang bernaung di dalamnya. Setting-setting pesantren tak perlu harus riset kemana-kemana, karena latar belakang kenangan di pesantren bisa menjadi sumber info dan ide yang tak akan ada habisnya. Pesahabatan, kebersamaan, menela'ah ilmu dan merefleksikan dalam amal sudah menjadi keseharian irama pesantren.
Namun saya bertanya-tanya saat menelan ending yang menggantung dan menutup buku. Hmmm.. apa mungkin memang
novel ini bersambung, ada sekuel berikutnya..?
Akhirul kalam, diantara kekurangan kelebihannya, buku ini tetap patut direkomendasikan kepada pembaca yang mengehendaki bacaan fiksi yang inspiratif.
-------------------------------------
Tulisan ini diikutkan dalam Even Indiva Readers Challenge 2014.
Akhirul kalam, diantara kekurangan kelebihannya, buku ini tetap patut direkomendasikan kepada pembaca yang mengehendaki bacaan fiksi yang inspiratif.
-------------------------------------
Tulisan ini diikutkan dalam Even Indiva Readers Challenge 2014.
selama buku itu inspiratif, rasanya aku pribadi bisa menelan beberapa hal yang "kurang". Ketimbang buku "penuh" tapi minim inspiratif
BalasHapusAyooo Mbak Binta, nulis novel dengan latar pesantren juga :D
BalasHapus👌
HapusSetuju sama mbak Sarah...kadang ada buku yang cuma sekedar hepi2 aja, gak ada kesan mendalamnya
BalasHapusmb sarah : sama mbak.. sy jg gt :)
BalasHapusmbak oci : doakan ya mbak :)
mbak esti : buku yg krg pesannya takutnya hanya buang waktu.. abis baca ga dpt apa2..
Buku ini bagus
BalasHapus