Dimuat di Website RIMANEWS : http://www.rimanews.com/read/20140111/136180/mitos-eksotisme-dan-religiusitas-tanah-palembang
Judul
Buku : Yang Tersimpan di Sudut Hati
Penulis : Ade Anita
Penerbit : Quanta PT Elekmedia Komputindo
Genre : Novel Islami
Jumlah
Halaman : 440 Halaman
Terbit : Cetakan pertama 2013
ISBN : 978-602-022-112-0
-------------------------------------------
Palembang,
selain terkenal dengan sungai Musi dan jembatan Ampera-nya, ternyata memiliki
hal-hal lain yang eksotis dan menarik untuk diketahui. Sebuah budaya yang turut
memperkaya keragaman pelbagai sudut nusantara.
Seorang
penulis asal Palembang menggambarkan semua itu dalam sebuah novel yang diangkat
dari kisah nyata seorang sahabat penanya. Dengan banyak deskripsi yang detail
tentang lokalitas budaya Palembang.
Solasfiana
dan keluarga tinggal di rumah panggung kakeknya, Nek Nang Bayumi. Menurut
kebiasaan di Palembang, Rumah panggung ditinggali oleh beberapa kepala
keluarga, masing-masing keluarga dipisahkan pada beberapa sekat yang tampak
perbedaan tinggi lantainya. Semakin ke belakang bagian rumah akan semakin
rendah lantainya. Dan biasanya urutan keluarga dari depan ke belakang diurutkan
kepada urutan lahir dari sulung sampai bungsu atau urutan mana-mana keluarga
yang paling banyak memberikan kontribusi nafkah ( yang paling kaya) kepada
keluarga besar di rumah panggung itu sampai yang paling sedikit (miskin).
Keluarga
Solasfiana merupakan keluarga yang menempati urutan paling belakang rumah
panggung tersebut, tepatnya berada di sebelah dapur. Aslam, Ayah dari
Solasfiana merupakan anak bungsu dari Nek Nang Bayumi yang dianggap paling
‘tidak jadi orang’ dibanding anak-anak Nek Nang Bayumi yang lain,
Aslam hanya berprofesi
sebagai pemanjat kelapa. Sebelah matanya buta sejak lahir dan kakinya pun kecil
sebelah. Sedangkan Mak Pinah, ibunya Solasfiana menerita lumpuh kaki semenjak
melahirkan adik kembar, Ishafan dan Marsyapati. Meski lumpuh pekerjaan Mak
Pinah setiap hari memasak untuk semua anggota keluarga di rumah panggung, semua
anak cucu Nek Nang Bayumi.
Sebuah
kecelakaan di Hutan menyebabkan kematian Aslam dengan begitu tragis. disusul
kematian Nek Nang bayumi tak berselang lama setelah kematian anak bungsunya itu.
Sepeninggal kedua orang itu mak Pinah dan anak-anaknya sering mendapat
perlakukan tidak menyenangkan dari Wak Hasni, bibi tertua Solasfiana yang
menggantikan Nek Nang Bayumi dalam menjadi kepala keluarga di rumah panggung
mereka. Tak hanya itu, tetangga mereka juga banyak mencurigai keluarga Mak Pinah
bermufakat dengan setan melalui ilmu hitam (santet) untuk mengumpulkan harta
dan memperkaya diri. Sesuatu yang amat dianggap dosa bagi mayositas penduduk
kampung di tepi suangi musi itu yang mayoritasnya muslim.
Warga
dusun akhirnya mengusir mereka keluar dari dusun. Terlunta-lunta tanpa tujuan
dan bekal memadai. Mereka berempat berkelana keluar masuk kampung dan hutan
hingga akhirnya takdir mengantarkan mereka pada kehidupan baru. Solafsiana
merupakan gadis yang tangguh dan pantang menyerah dalam mengubah nasib.
Sementara Mak Pinah adalah simbol kebijakan yang selalu menasehati anak-anaknya
tentang membuang dendam dan berpikir positif tentang apa saja nasib kepahitan
hidup yang menimpa mereka.
Kebangkitan
Solasfiana dan keluarganya dari keadaan terpuruk dan kepahitan hidup
bertubi-tubi dikisahkan dengan perpaduan unsur kisah mitos, eksotisme dan
religiusitas tanah Palembang. Dalam satu adegan dalam novelnya, saat warga
kampung ramai mendatangi rumah Mak Pinah, Solasfiana merasa sangat malu berdosa
saat tak sempat menutup tubuhnya dengan pakaian yang diharuskan agamanya.
Padahal kebanyakan warga yang menerobos paksa masuk ke rumahnya adalah
laki-laki dewasa.
Selain
intrik fitnah tentang santet dan perjuangan hidup bangkit dari masa-masa sulit,
dalam novel ini juga dihangatkan dengan romansa manis remaja. Tentang
Solasfiana dan Sofyan, hubungan ala anak remaja yang hanya seputar berboncengan
sepeda kuno dan juga belajar bersama saat akan mengikuti kompetisi cerdas
cermat. Sederhana, santun namun penuturannya tetap terasa manis. Solasfiana
harus terpisah dengan Sofyan ketika keluarganya diusir dari kampung.
Direkomendasikan
bagi penikmat novel yang tak sekedar berisikan romansa tanpa makna, juga
pembelajar kehidupan yang ingin mengambil hikmah tentang cara bangkit dari
keterpurukan. Sementara itu kelanjutan hubungan Sofyan dan Solasfiana hanya dapat
diketahui dengan membaca lengkap seluruh rangkaian kata dalam novel ini.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari bersilaturrahmi dan berbagi informasi dengan meninggalkan komentar disini. Kami lebih menyukai komentar yang santun dan sesuai dengan konten isi postingan yaaa.. ^^