Sabtu, 01 Februari 2014

Memperkenalkan Indahnya pesantren Kepada Anak-anak



Judul Buku : Sekotak Cinta untuk Sakina
Penulis        : Irma Irawati
Penerbit     : Qibla (PT Bhuana Ilmu Populer)
Genre         : Novel Anak Islami
Terbit          : Cetakan Pertama tahun 2013
Jumlah Halaman : 126 Halaman.
Harga         : Rp 30.000
ISBN            : 978-602-249-318-1
----------------------------------------------------


Kerena sering berpindah-pindah tugas dalam pekerjaan, orang tua Sakina memutuskan untuk memasukkan Sakina ke sebuah Pondok Pesantren di daerah Bandung. Keputusan itu diambil agar Sakina tidak terganggu sekolahnya. Dan Sakina tidak punya pilihan lain selain mematuhi anjuran Papa dan Mama.

Setengah hati Sakina memasuki Pesantren untuk anak-anak itu. Saat terakhir berpisah dengan orang tuanya, Papa mengatakan bahwa dia boleh sms jikalau merasa tidak betah. Sakina menganggap bahwa hidup di pesantren itu hanya untuk coba-coba saja.

Meskipun lokasi pesantren itu di pegunungan dan dekat perkebunan teh yang sejuk namun jauh dari keramaian dan fasilitas kota. Sejak awal Sakina sudah menanamkan kata ‘tidak betah’ dalam otaknya agar secepatnya bisa mempunyai alasan untuk pulang ke rumahnya lagi. Sehingga apapun yang dilihat dan dirasakannya menjadi tidak menarik. Dia juga selalu membanding-bandingkan keadaan di pesantren yang sederhana dengan SDIT modern tempat sekolahnya dulu. Membandingkan kegiatan di pondok dengan les piano, les menari dan les bahasa Prancis yang menjadi kesibukannya sebelum mondok.

Sakina yang sebelumnya adalah anak manis dan penurut menjadi suka melanggar peraturan, suka meremehkan pesantren sehingga menimbulkan pertengkaran dengan Vinka, teman sekamarnya yang dianggap Sakina sok membela pesantrennya.

Meskipun keras kepala, ternyata Sakina bukanlah anak yang keras hatinya. Dia bisa tersentuh dengan contoh-contoh nyata kebaikan banyak orang yang ditemuinya di lingkungan pesantren. Umi Haya yang penyayang, kemudian juga teman-teman di kamar Malahayati yang sangat peduli kepadanya. Bahkan ada juga Lana, seorang anak yang usianya lebih kecil dari Sakina yang banyak memberikan pelajaran berharga.

Pelajaran hidup tak selalu lewat kata-kata. Seorang anak pun punya kepekaan untuk menyerap ilmu-ilmu kebaikan dari lingkungannya. Sekotak cinta yang diberikan oleh teman-teman sekamar Sakina membuatnya harus berpikir ulang tentang rencananya untuk pergi dari pesantren saat kenaikan kelas nanti.

Novel anak yang disajikan dengan bahasa dan alur sederhana ini mengadung pesan indah tentang akhlak dan adab mencari ilmu. Cukup menggambarkan bagaimana sebenarnya di pesantren itu dan apa saja kegiatan positif di dalamnya. Sehingga bisa menjadi bahan informasi bagi anak-anak juga orang tua dalam bersikap dan menilai, karena masyarakat modern sekarang banyak yang mengganggap bahwa pesantren itu kampungan dan kuno. Bahkan banyak juga presepsi buruk dan mengerikan sehingga anak-anak (dan juga orang tua yang memilihkan pendidikan untuk anaknya) makin enggan menjadikan Pesantren sebagai salah satu pilihan melanjutkan pendidikan.


Selain belajar ilmu agama, di Pesantren juga sarat pembelajaran tentang kemandirian dan persahabatan yang manis seperti yang dialami Sakina bersama teman-temannya. Pengalaman lucu, menyenangkan, dan mengharukan selama menjadi santri akan selalu akan disimpan sebagai kenangan paling manis oleh siapa saja yang pernah merasakannya.(*)
-----------------------------------------------------------

Resensi ini juga dimuat di website Dakwatuna.com : 
http://www.dakwatuna.com/2014/02/02/45698/sekotak-cinta-untuk-sakina/#axzz2s8Htr96f

14 komentar:

  1. iya.. dewasa juga suka. apa aja buku yg asyik deh :D

    BalasHapus
  2. Kapan2 pingin nulis novel anak juga aaha.... Mba Binta jg bisa nih bikin novel anak tentang kehidupan di pesantren :D

    BalasHapus
  3. saya juga mantan anak pesantren, mirip dah sama cerita yang Mbak Binta resensiin ini, berhubung Bapak tugas ngajar di pedalaman Kalimantan, saya dikirim deh, gak lama tapi, mulai kelas 4 mpe klas 6, tapi segitu aja udah banyaaaak kenangannya,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup banyak sekali kenangan.. meskipun aslinya agak pahit tapi kalau sdh jd kenangan tetep jadi manis yak :D

      Hapus
  4. mba ini cocok untuk ana usia berapa ya? kayaknya bagus deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk anak usia SD SMP mbak.. tp menarik jg dibaca para ortu sebagai gambarang sederhana ttg pesantren anak :)

      Hapus
  5. Saya terharu saat membaca@ dan terinspirsi lagi

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Mari bersilaturrahmi dan berbagi informasi dengan meninggalkan komentar disini. Kami lebih menyukai komentar yang santun dan sesuai dengan konten isi postingan yaaa.. ^^