Rabu, 22 Januari 2014

Jangan Dengarkan Nada Dawai Asmara Masa Lalu !


Sebuah novel yang mengangkat tokoh-tokoh penuh semangat dalam mencari ilmu, sekaligus selalu berusaha mengaplikasikan adab pergaulan islami dalam nafas kehidupan mereka.

Zaida adalah seorang mahasiswi yang bercita-cita untuk mendapatkan beasiswa keluar negeri. Di tengah perjalanan menempuh cita-cita ia juga dihadapkan dengan problema jodoh. Sebuah pilihan antara mengambil beasiswa yang susah payah dia perjuangkan atau menerima pinangan seorang ikhwan salih yang ternyata sangat didambakannya. Kesempatan itu datang dalam waktu yang bersamaan.

Dan memang hidup itu penuh dengan pilihan. Namun begitu meski kita sudah berusaha memilih tetap saja kuasa Allah lah yeng menentukan jalan hidup yang akan dilalui hambaNya. Ternyata apa yang telah dipilih oleh Zaida bukanlah garis takdir yang digariskan kepadanya. Ikhwan dambaan yang telah meminangnya itu ternyata sudah dijodohkan orang tuanya dengan gadis lain. Gadis yang dianggap lebih baik daripada Zaida karena sudah menjadi seorang Hafidzah.

Tak ingin membuat hati sang ikhwan galau antara patuh kepada orang tua dan tak enak hati terlanjur ‘menyematkan pita’ kepada dirinya, Zaida memutuskan untuk menolak lamaran sang ikhwan meskipun ia teramat mendambakannya. Zaida terfokus melihat kekurangan dirinya yang bukan penghafal Qur’an sehingga memotivasi diri untuk masuk ke sekolah Tahfidz Qur’an. Sayangnya dia tidak lulus. Ia terpaksa pergi ke Belanda, mengambil beasiswa yang sempat dia abaikan dengan membawa luka patah hati.

Liku-liku perjalanan Zaida menuntut ilmu di negeri kincir angin itu digambarkan dengan begitu detail dan eksotis. Penulis buku yang dalam faktanya memang pernah hidup di Belanda itu mengambarkannya dengan indah setiap lekuk jalanan dan denyut kehidupan masyarakatnya.
Dan di negeri kincir itu juga pada akhirnya Zaida menemukan jodohnya. Salman, Ikhwan yang juga salih memilihnya menjadi istri. Mereka hidup menjalani rumah tangga di negeri orang dengan sederhana namun bahagia.

Tak ada rumah tangga manapun yang berjalan tanpa coba. Begitu juga Zaida dan Salman. Kebahagiaan mereka digoyahkan dengan hadirnya bos cantik yang jatuh hati kepada suami Zaida. Upaya tersamar dilakukan oleh perempuan itu untuk menarik simpati Salman. Bahkan hingga membuat Salman menghilang terpisah dari Zaida.

Di tengah situasi tersebut, takdir kembali mempertemukan Zaida dengan Ilham, Ikhwan yang pernah meminangnya di masa lalu namun tidak berjodoh dan sudah menikah dengan Hamidah. Pasangan itu tinggal di Istanbul. Mereka bersua kembali saat Zaida dalam perjalanan menuju Istanbul, kebingungan mencari suaminya.

Asmara masa lalu seolah kembali menyapa dan membuat hati yang tenang bergejolak tak menentu. Titik konflik yang sangat klimaks berasa pada adegan-adegan di Istanbul, bagaimana Zaida menangis memohon agar arus kerinduan bertemu suaminya segera menemukan muara pertemuan, menyelesaikan salah faham yang terjadi. Di Istanbul juga Zaida berusaha meredam hatinya akan gejolak cinta masa lalunya. Pas sekali dengan judul buku barkaver biru ini.


Meski banyak terdapat adegan pertemuan-pertemuan ‘kebetulan’ antar tokoh dalam novel ini, sehingga terkesan menjadi alur yang dipaksakan. Namun pesan moral dan penokohan tokoh-tokohnya sangat bagus. Saat membacanya akan membawa kita kepada motivasi untuk meneladani semangat para tokoh novelnya  berkaafah islam dan juga giat dalam menuntut ilmu. Berbelitnya kisah romansa Zaida, Ilham, Salman dan Hamida juga memberikan kita perenungan tentang hakikat cinta dan menjaga keharmonisan rumah tangga, Jangan pernah mendengarkan nada dawai asmara masa lalu!, apalagi sampai terhanyut dalam alunannya. (*)

Judul Buku : Takbir Rindu di Istanbul
Penulis        : Pujia Achmad.
Penerbit     : Puspa Populer
Genre         : Novel Islami
Jumlah Halaman : 324 Halaman.
Terbit          : Cetakan pertama 2013
ISBN            : 978-602-8290-9377.
-----------------------------------------

Resensi ini juga dimuat di website Dawatuna.com, kamis 23 Januari 2013 : 
http://www.dakwatuna.com/2014/01/22/45154/takbir-rindu-di-istanbul/#axzz2rBFOA4c9




8 komentar:

  1. Wah, berarti mb Binta bakal meresensi dua kali ya? Yang kedua buat ikutan lombanya? Pesan resensinya dapat nih :-)

    BalasHapus
  2. Saya baru baca yg versi awal waktu terbit di leutika, ceritanya baru sampe nikah ama salman blm ada orang k3

    BalasHapus
  3. mbk leyla : kalau smpat bikin lg ya ikut lombanya mbak.. :)
    mbak ria : oh iya ini versi kedua ya..

    BalasHapus
  4. baca ini baru inget, kelupaan pesan novel ini *tepok jidat

    BalasHapus
  5. porsi sinopsisnya banyak banget ya..

    BalasHapus
  6. Sepertinya kisah cinta dalam buku ini adalah kisah cinta yang rumit >_<

    BalasHapus
  7. mbak sarah : ayo peseen :D
    mb linda : iya banyak.. tp emang ceritanya berliuk dan panjaaang hihi.. yg sy tulis blm separuh alur cerita hehe
    mbak elyn : iya.. lumayan rumit he

    BalasHapus
  8. pas bagian mereka ketemu di turki itu yang bikin speechless.

    BalasHapus

Mari bersilaturrahmi dan berbagi informasi dengan meninggalkan komentar disini. Kami lebih menyukai komentar yang santun dan sesuai dengan konten isi postingan yaaa.. ^^