Senin, 25 Agustus 2014

Tradisi Permainan Uang dalam Pemilihan Penguasa





Judul Buku : Temui Aku di Surga
Penulis        : Ella Sofa
Penerbit      : Quanta Elexmedia
Jumlah Halaman : 228 Halaman
Harga Buku : 44.800
Terbit          : Cetakan Pertama 2013
ISBN          : 978-060-2121-3606
------------------------------------------


Politik uang seolah sudah menjadi tradisi di dalam negeri kita ini. Tradisi yang membelit erat pada sistem pemilihan pemimpin. Seolah sudah lumrah bahwa ketika mengajukan diri menjadi pemimpin dan ingin mengabdikan diri menjadi pelayan masyarakat, maka harus punya modal finansial yang kuat. Dan tak lupa juga siasat hebat bahkan tak perduli itu adalah cara culas dan sesat. Tak memikirkan tentang pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Sebuah novel yang mengangkat seting lokal daerah Jepara ini banyak membahas tentang intrik politik dalam sebuah pemilihan kepala desa. Berawal dari
kisah Malik yang ingin mencalonkan diri menjadi kepala desa namun belum menemukan niat dan tujuan yang jelas selain mengharapkan gaji sawah bengkok (beberapa hektar sawah yang biasanya digarap oleh kepala desa terpilih sebagai gaji selama menjabat). Yudha sahabatnya mengingatkan Malik agar sebelum memulai harus meluruskan niat terlebih dahulu.

Malang nasib, sebelum memulai apa yang dicita-citakan, Malik mengalami kecelakaan lalu lintas hingga meninggal. Sementara Yudha, sahabat dan juga mitra kerjanya sangat merasa kehilangan dan berhutang budi kepada keluarga Malik. Yudha lebih sering tinggal di rumah orang tua sahabatnya agar mereka tidak kesepian setelah kepergian Malik.

Cita-cita Malik menjadi petinggi yang pernah diutarakan kepada Pak Rohmadi, Bapaknya Malik itu rupanya ingin dilanjutkan orang tuanya. Pak Rohmadi dan beberapa sesepuh desa lain menyuruh Yudha untuk maju mencalonkan diri. Banyak penduduk kampung yang menginginkan perubahan di desa tersebut. Mereka berusaha mengupayakan biaya untuk Yudha mencalonkan diri menjadi kepala desa, karena dianggap cakap pemikirannya dan bijak berperilaku dalam kesehariannya.

Yudha dihadapkan kepada kebimbangan melihat fenomena biaya yang menghabiskan dana puluhan juta rupiah itu mempertaruhkan seluruh harta keluarganya. Dana yang itu harus dibagi-bagikan kepada warga dengan tajuk ‘uang amplop’. Apalagi mendengar ulasan tajam pak Rohmadi dalam ucapannya, “Waduh,.. ya ndak bisa begitu, Yud! Masyarakat itu susah-susah gampang. Mungkin mereka berniat memilihmu, tapi begitu tahu kamu kelihatan pelit, ndak mau kasih uang sedikitpun, ya masa mereka mau milih orang pelit, Yud?”.

Ia baru menyadari ternyata beginilah sistem yang berjalan di beberapa jenjang pemerintahan di indonesia. Di kalangan rakyat paling bawah saja, money politics bukan lagi dianggap hal yang memalukan. Justru jika tidak ikut budaya yang sudah ada, malah akan terlibas, tak dianggap dan tidak muncul ke permukaan.

Yudha yang meski tidak terlalu religius namun terdidik dengan moralitas yang baik dari keluarganya, ingin tetap mempertahankan idealismenya saat bertarung melawan Pak Tamrin, petinggi lama. Petinggi lama yang tak ingin lengser jabatan itu menggunakan segala cara untuk menyingkirkan Yudha. Cara hitam dengan menggunakan mistis (dukun ilmu hitam dan berbagai benda keramat), juga cara ancaman dengan menyewa kaum abangan (sekelompok orang bengis yang konon bisa disewa untuk membunuh dengan cara kejam), dan tak lupa cara membeli suara dengan iming-iming isi amplop yang tinggi kepada warga.

Bagaimanakah nasib pertarungan Yudho dan Pejabat lama yang tak mau lengser itu? keseluruhan cerita dalam buku ini yang akan menjadi jawabannya. Novel yang akan membuat kita mendesah dan jengah membandingkan betapa fakta politik negeri ini sungguh mirip dengan fiksi ini. Bahkan bisa jadi lebih parah lagi. Namun novel ini juga dibumbui dengan kisah romansa yang manis namun santun antara Malik, Yudho dan Hesti. Karya yang cocok dibaca untuk merenungkan kembali, bisakah kita berperan untuk mengubah tradisi permainan uang yang seolah sudah mengakar ini bisa berkurang atau bahkan berhenti?.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari bersilaturrahmi dan berbagi informasi dengan meninggalkan komentar disini. Kami lebih menyukai komentar yang santun dan sesuai dengan konten isi postingan yaaa.. ^^