Resensi saya dimuat di website WASATHON.COM : http://wasathon.com/resensi-/view/2014/07/12/---resensi-buku-tradisi-permainan-uang-dalam-pemilihan-penguasa
Judul Buku : Temui Aku di Surga
Penulis : Ella
Sofa
Penerbit : Quanta
Elexmedia
Jumlah Halaman : 228 Halaman
Harga Buku : 44.800
Terbit :
Cetakan Pertama 2013
ISBN :
978-060-2121-3606
------------------------------------------
Politik uang seolah sudah menjadi tradisi di dalam negeri
kita ini. Tradisi yang membelit erat pada sistem pemilihan pemimpin. Seolah
sudah lumrah bahwa ketika mengajukan diri menjadi pemimpin dan ingin
mengabdikan diri menjadi pelayan masyarakat, maka harus punya modal finansial
yang kuat. Dan tak lupa juga siasat hebat bahkan tak perduli itu adalah cara
culas dan sesat. Tak memikirkan tentang pertanggungjawaban kelak di akhirat.
Sebuah novel yang mengangkat seting lokal daerah Jepara ini
banyak membahas tentang intrik politik dalam sebuah pemilihan kepala desa.
Berawal dari
kisah Malik yang ingin mencalonkan diri menjadi kepala desa namun
belum menemukan niat dan tujuan yang jelas selain mengharapkan gaji sawah
bengkok (beberapa hektar sawah yang biasanya digarap oleh kepala desa terpilih
sebagai gaji selama menjabat). Yudha sahabatnya mengingatkan Malik agar sebelum
memulai harus meluruskan niat terlebih dahulu.
Malang nasib, sebelum memulai apa yang dicita-citakan, Malik
mengalami kecelakaan lalu lintas hingga meninggal. Sementara Yudha, sahabat dan
juga mitra kerjanya sangat merasa kehilangan dan berhutang budi kepada keluarga
Malik. Yudha lebih sering tinggal di rumah orang tua sahabatnya agar mereka
tidak kesepian setelah kepergian Malik.
Cita-cita Malik menjadi petinggi yang pernah diutarakan
kepada Pak Rohmadi, Bapaknya Malik itu rupanya ingin dilanjutkan orang tuanya. Pak Rohmadi dan beberapa sesepuh desa lain
menyuruh Yudha untuk maju mencalonkan diri. Banyak penduduk kampung yang
menginginkan perubahan di desa tersebut. Mereka berusaha mengupayakan biaya
untuk Yudha mencalonkan diri menjadi kepala desa, karena dianggap cakap
pemikirannya dan bijak berperilaku dalam kesehariannya.
Yudha dihadapkan kepada kebimbangan melihat fenomena biaya
yang menghabiskan dana puluhan juta rupiah itu mempertaruhkan seluruh harta
keluarganya. Dana yang itu harus dibagi-bagikan kepada warga dengan tajuk ‘uang amplop’. Apalagi
mendengar ulasan tajam pak Rohmadi dalam ucapannya, “Waduh,.. ya ndak bisa
begitu, Yud! Masyarakat itu susah-susah gampang. Mungkin mereka berniat
memilihmu, tapi begitu tahu kamu kelihatan pelit, ndak mau kasih uang
sedikitpun, ya masa mereka mau milih orang pelit, Yud?”.
Ia baru menyadari ternyata beginilah sistem yang berjalan di
beberapa jenjang pemerintahan di indonesia. Di kalangan rakyat paling bawah
saja, money politics bukan lagi
dianggap hal yang memalukan. Justru jika tidak ikut budaya yang sudah ada, malah akan terlibas, tak
dianggap dan tidak muncul ke permukaan.
Yudha yang meski tidak
terlalu religius namun terdidik dengan moralitas yang baik dari keluarganya,
ingin tetap mempertahankan idealismenya saat bertarung melawan Pak Tamrin, petinggi
lama. Petinggi lama yang tak ingin lengser jabatan itu menggunakan segala cara
untuk menyingkirkan Yudha. Cara hitam dengan menggunakan mistis (dukun ilmu
hitam dan berbagai benda keramat), juga cara ancaman dengan menyewa kaum
abangan (sekelompok orang bengis yang konon bisa disewa untuk membunuh dengan
cara kejam), dan tak lupa cara membeli suara dengan iming-iming isi amplop yang
tinggi kepada warga.
Bagaimanakah nasib pertarungan Yudho dan Pejabat lama yang
tak mau lengser itu? keseluruhan cerita dalam buku ini yang akan menjadi
jawabannya. Novel yang akan membuat kita mendesah dan jengah membandingkan
betapa fakta politik negeri ini sungguh mirip dengan fiksi ini. Bahkan bisa
jadi lebih parah lagi. Namun novel ini juga dibumbui dengan kisah romansa yang manis
namun santun antara Malik, Yudho dan Hesti. Karya yang cocok dibaca untuk
merenungkan kembali, bisakah kita berperan untuk mengubah tradisi permainan
uang yang seolah sudah mengakar ini bisa berkurang atau bahkan berhenti?.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mari bersilaturrahmi dan berbagi informasi dengan meninggalkan komentar disini. Kami lebih menyukai komentar yang santun dan sesuai dengan konten isi postingan yaaa.. ^^